Sejarah:
Tenganan merupakan salah satu dari beberapa desa kuno di Bali, yang biasanya disebut "Bali Aga". Ada beberapa versi tentang sejarah tentang desa Tenganan. Ada yang mengatakan kata Tenganan berasal dari kata "tengah" atau "ngatengahang" yang berarti "bergerak ke daerah yang lebih dalam". Penurunan kata ini berhubungan dengan pergerakan orang-orang desa dari daerah pinggir pantai ke daerah pemukiman, dimana posisi desa ini adalah di tengah-tengah perbukitan, yakni Bukit Barat (Bukit Kauh) dan Bukit Timur (Bukit Kangin).
Versi lain mengatakan bahwa orang-orang Tenganan berasal dari Desa Peneges, Gianyar, tepatnya Bedahulu. Berdasarkan cerita rakyat, dulu Raja Bedahulu kehilangan salah satu kudanya. Orang-orang mencarinya ke Timur dan sang kuda ditemukan tewas oleh Ki Patih Tunjung Biru, tangan kanan sang raja. Atas loyalitasnya, sang raja memeberikan wewenang kepada Ki Patih Tunjung Biru untuk mengatur daerah itu selama aroma dari I carrion kuda tercium. Ki Patih seorang yang pintar, is memotong carrion menjadi potongan-potongan dan menyebarkannya sejauh yang dia bisa lakukan. Dengan demikian dia mendapatkan daerah yang cukup luas.
Kata Pegeringsingan diambil dari kata "geringsing". Geringsing adalah produk tenun tradisional yang hanya dapat ditemukan di Tenganan. Gerinsing dianggap sakral yakni menjauhkan kekuatan magis jahat atau black magic. Geringsing diturunkan dari kata "gering" yang berarti sakit dan "sing" yang berarti tidak.
Lokasi:
Tenganan Pegeringsingan terletak di Kecamatan Manggis, sekitar 65 km dari Denpasar (Bandar Udara Internasional Bali), dekat dengan Candidasa dan dapat dijangkau dengan mudah oleh kendaraan umum atau pribadi.
Fasilitas:
Wisatawan akan merasa nyaman mengunjungi daerah ini karena banyak fasilitas yang tersedia misalnya: warung, kamar mandi yang bagus, toko barang-barang seni, dan area parkir yang luas. Jika Anda ingin makan di restoran atau bermalam di daerah ini, Anda bisa datang ke Candidasa, sekitar 3 km dari desa ini.
Tenganan merupakan salah satu dari beberapa desa kuno di Bali, yang biasanya disebut "Bali Aga". Ada beberapa versi tentang sejarah tentang desa Tenganan. Ada yang mengatakan kata Tenganan berasal dari kata "tengah" atau "ngatengahang" yang berarti "bergerak ke daerah yang lebih dalam". Penurunan kata ini berhubungan dengan pergerakan orang-orang desa dari daerah pinggir pantai ke daerah pemukiman, dimana posisi desa ini adalah di tengah-tengah perbukitan, yakni Bukit Barat (Bukit Kauh) dan Bukit Timur (Bukit Kangin).
Versi lain mengatakan bahwa orang-orang Tenganan berasal dari Desa Peneges, Gianyar, tepatnya Bedahulu. Berdasarkan cerita rakyat, dulu Raja Bedahulu kehilangan salah satu kudanya. Orang-orang mencarinya ke Timur dan sang kuda ditemukan tewas oleh Ki Patih Tunjung Biru, tangan kanan sang raja. Atas loyalitasnya, sang raja memeberikan wewenang kepada Ki Patih Tunjung Biru untuk mengatur daerah itu selama aroma dari I carrion kuda tercium. Ki Patih seorang yang pintar, is memotong carrion menjadi potongan-potongan dan menyebarkannya sejauh yang dia bisa lakukan. Dengan demikian dia mendapatkan daerah yang cukup luas.
Kata Pegeringsingan diambil dari kata "geringsing". Geringsing adalah produk tenun tradisional yang hanya dapat ditemukan di Tenganan. Gerinsing dianggap sakral yakni menjauhkan kekuatan magis jahat atau black magic. Geringsing diturunkan dari kata "gering" yang berarti sakit dan "sing" yang berarti tidak.
Lokasi:
Tenganan Pegeringsingan terletak di Kecamatan Manggis, sekitar 65 km dari Denpasar (Bandar Udara Internasional Bali), dekat dengan Candidasa dan dapat dijangkau dengan mudah oleh kendaraan umum atau pribadi.
Fasilitas:
Wisatawan akan merasa nyaman mengunjungi daerah ini karena banyak fasilitas yang tersedia misalnya: warung, kamar mandi yang bagus, toko barang-barang seni, dan area parkir yang luas. Jika Anda ingin makan di restoran atau bermalam di daerah ini, Anda bisa datang ke Candidasa, sekitar 3 km dari desa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar